AlexIndonesiaFamily – Bagian ke 2 – Pada abad ke-17, perdagangan nasional secara bertahap menggantikan sistem perdagangan di pasar lokal yang terisolasi. Sebelum tahun 1710, orang Jepang melakukan transaksi perdagangan beras dengan cara menukar beras dengan beras asli lainnya. Transaksi yang terjadi adalah mereka menawar, menaikkan kurs beras dan menentukan harga pasar.
Setelah mengalami perkembangan zaman dan pergeseran cara bertransaksi hingga tahun 1710, perdagangan beras ini kemudian mulai menggunakan kwitansi yang di kenal dengan kupon beras. Penerimaan beras inilah yang menjadi kontrak pertama antara pedagang pertama.
Perdagangan beras pada waktu itu menjadi tumpuan kemakmuran kota Osaka, terdapat lebih dari 1300 distributor beras. Saat itu, selain tidak memiliki nilai mata uang yang standar (masa peralihan dari mata uang koin menjadi alat tukar, lainnya gagal) beras menjadi pusat perubahan de facto.
Jika seorang Daimyo yang membutuhkan uang, ia akan mengirimkan kelebihan berasnya ke Osaka dan setelah itu akan disimpan di gudang dengan label namanya dan setelah itu ia akan menerima kupon sebagai tanda terimanya.
Dia kemudian bisa menjual kuponnya setiap saat. Karena masalah pajak yang di rasakan oleh daimyo, mereka kemudian sering menjual kupon berasnya untuk menghindari pajak pengiriman beras berikutnya dari pemerintah (pajak sebesar 40%-60% yang harus ditanggung oleh daimyo yang di sesuaikan dengan panenan mereka dan dibayar dalam bentuk beras).
Dengan adanya sistem kupon ini, merupakan solusi yang sangat efektif dilakukan dalam perdagangan. Kupon beras yang dijual untuk menghindari pajak pengiriman berikutnya yang menjadi “kontrak masa depan pertama di dunia”. Kupon beras biasa dikenal dengan kupon “beras kosong” (di mana sebenarnya beras tersebut tidak dimiliki dalam bentuk fisik).
Dari latar belakang inilah kemudian muncul seorang yang bernama Munehisa Homma (1724-1803). Homma adalah anak bungsu dari seorang saudagar kaya di Jepang. Ia kemudian ditunjuk untuk melanjutkan usaha keluarganya pada tahun 1750. Homma memulai aktivitas perdagangan berasnya di perdagangan lokal dekat dengan kota pelabuhan yang bernama Sakata, yang merupakan daerah pusat pengumpulan dan pendistribusian beras. – bersambung bagian ke 3 – habis
/Alex L. Setiawan